Media Dakwah – Kilatan sinar indah terpancar pula dari seorang Muslimah bernama Khansa’. Dialah sosok ibu sejati. Ia sangat berperan melahirkan pahlawan-pahlawan Islam. Zaman senantiasa membutuhkan ibu seperti dia untuk menegakkan kebenaran di bumi mana pun, termasuk di imperium Persia yang sangat kukuh. Perang Qadisiyah menentukan nasib salah seorang ibu yang turut memperkuat barisan kaum Muslimin melawan kaum kafir Persia.
Didorong iman yang kuat, Khansa’ mengumpulkan empat anak-anak, kemudian menasihati mereka: ”Anak-anakku, kalian masuk Islam dengan taat; kalian semua telah ikut berhijrah sebagai pilihan yang tepat. Anak-anakku, camkanlah bahwa kalian putra dari laki-laki dan wanita yang tidak pernah khianat, pamanmu tidak mencampur aduk margamu. Anak-anakku, ibumu tidak mencoreng sedikitpun nasab keturunanmu. Kami tahu bahwa Allah telah menyediakan pahala besar bagi orang Islam dengan memerangi orang kafir. Ketahuilah bahwa rumah abadi lebih baik daripada rumah yang fana. Ingatlah firman Allah. ‘Hai orang-orang beriman, bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.’ (Ali lmran: 200)
Karena itu, wahai putra-putraku, bila esok hari telah mamasuki pagi dengan selamat, berangkatlah memerangi musuhmu dengan penuh kesadaran. Mohonlah kepada Allah kemenangan terhadap musuh-musuhmu. Bila kalian berempat telah melihat peperangan berkecamuk, apinya telah berkobar, majulah ketengah-tengahnya, bergulatlah mencapai puncaknya hingga kamu memperoleh kemenangan. Sekali lagi, jangan kau lupakan bahwa rumah abadi adalah tempat yang amat mulia!
Kata-kata Khansa’ tegas, bagai pidato pemimpin yang membakar semangat juang laskarnya. Pertempuran kaum Muslimin dengan kedaulatan Persia dalam Perang Qadisiyah benar-benar berkobar dengan dahsyat, menelan beberapa tubuh para syuhada, termasuk keempat anak laki-lakinya. Mereka seakan mengabaikan maut yang menyeringai di setiap sudut yang siap merobek-robek nyawa mereka. Satu per satu putra Khansa’ berguguran di medan Qadisiyah. Kesedihan atas kematian keempat anaknya pupus begitu ia menyadari betapa mulia mati demi menegakkan kalimah Allah SWT. di muka bumi.
Khansa’ berkata, ”Segala puji bagi Allah. Puji syukur kupanjatkan kepada-Mu yang telah memuliakan diriku karena kesyahidan mereka.”
Matahari menyelimuti keempat tubuh anaknya yang masih belia. Ia tidak bimbang atas dukacita ini. la sangat sadar bahwa sinar matahari yang lain akan terbit di ufuk surga Firdaus yang memancarkan segala keagungan. Ia menyematkan rasa bangga dalam kalbunya atas perannya sebagai ibu syuhada. Sesungguhnya, seperti inilah wanita mesti bergerak. Menjangkau ketinggian langit dan keridaan Ilahi yang tinggi.
Satu teladan ini cukup bagi kita untuk menyindir suatu gejala yang menyimpang di tengah-tengah masyarakat. Seorang wanita kadang enggan menerima tugas seperti Khansa’, mengantar anaknya sebagai pejuang yang syahid. Kini seorang ibu sering ia tak mampu menangani sama sekali pendidikan pribadi bagi putra-putrinya.
Tetapi, bagi Khansa’, ada tantangan yang amat menarik untuk diperankan. Ia ingin kuat seperti lelaki, tegar seperti mereka, berperan besar di tengah-tengah kehidupan yang membutuhkan kehadirannya, yakni menumpas musuh-musuh Islam. Tetapi, kalau benar-benar menerjunkan diri sebagai laki-laki tidaklah mungkin; bahkan sia-sia dan tak bermanfaat bagi dirinya maupun masyarakatnya. Ia lebih tepat berperan sebagai pencetak kepribadian laki-laki yang tangguh di medan juang. Itulah yang dilakukannya.
Saya sengaja memaparkan banyak contoh tentang sosok ibu ideal, istri yang taat, dan wanita tekun ibadah untuk diteladani wanita sekarang ini. Selanjutnya akan saya suguhkan berbagai episode tentang istri yang mencurahkan cintanya kepada suami dengan mengharap ridha Allah; gadis yang meniti jalan kebenaran, yang rela meninggalkan ayah ibu dan semua saudaranya untuk berhijrah, berlari dengan agamanya menuju kehidupan yang direstui Allah SWT; wanita yang ditimpa siksa teramat pedih agar mau melepas agamanya yang haq dan kembali kepada kekafiran; wanita yang benar-benar menanggung siksa dengan sabar hingga Allah menolongnya.
Kepada mereka inilah ayat-ayat Allah turun untuk memuliakan mereka.. Sikap dan akhlak mereka senantiasa menjadi teladan para wanita di mana pun sepanjang zaman, karena sosoknya yang cemerlang sebagai pilar-pilar rumah tangga lslami.
Ya Allah, berkenanlah Engkau memberi petunjuk kepada kami; jangan Kau sesatkan kami setelah datang petunjuk-Mu hingga kami selamat mencapai surga, rumah yang abadi.
Sumber buku: Perempuan-perempuan Al-Qur’an//Dr. Abdurrahman Umairah//Himmah Publishing House
Kontributor: Naqiyya
Editor: Tamam